Aku memilih diam, karna banyak alasan yang tak bisa kuuraikan,
sekali diam, dua kali diam, tiga kali diam.
tak ada yang tahu arti diamku, tidak juga dia, dan tidak juga kau.
diam, diam, diam dan hanya diam.
oh, mungkin diam-diam aku...? #TIDAK!
Diamku aku sendiripun tidak tahu.
Rabu, 14 Agustus 2013
#puisiCatatanHatiku.
Hati
wanita mana yang sanggup bila terus diuji.? Dihari yang fitri tidak
mendapat izin untuk berbicara dengan si buah hati. Aku ingin mengucap
kalimatku yang sangat sederhana itu saja,.
tapi dia mereka seolah tega membuat langitku menjadi runtuh.
Nak, maafin ibu, ibu hanya ingin bertanya, apakah kau bahagia, dengan idul fitri? apakah kau senang, Nak dengan baju barumu? lalu, makan apa kau di hari ini? jika kau terlalu senang maka jangan lupa untuk cuci tangan dan kemudian tidur siang.`ingat ya, Nak. Pesan ibu selalu begitu, agar kau tumbuh besar, sehat dan jadi anak yang pintar.
Tidak. aku tak mendapatkan itu. pertanyaanku tak ada yang mendengar. aku seperti berteriak dalam timbunan dan seolah tak satu pun orang mendengarnya. apalagi jawaban manja darimu itu, mengapa ibu tidak dapatkannya sama sekali di hari ini.
Hati ibu menangis, nasi yang kumasak setiap hari pun seolah ikut bersedih. mungkin ia pun tahu kesedihanku.
Nak, maafin ibu ya...
Bukan ibu sengaja, tapi mereka yang tak mau mengerti.
Kau tahu, Nak. gunung pun rasanya ingin ibu tundukkan jika ia yang jadi penghalang.
Ingin kupinjam halilitar dan kugepar-geparkan agar semua orang mendengar teriakan ibu.
Kau tahu, Nak. ibu merasakan langit-langit pun hilang saat ibu tak mendengar kabarmu. ibu pun akan runtuh tanpamu.
Nak, ingin sekali ibu menjadi hujan yang setiap kali kau bisa bermain dengan rinainya, kau suka itukan?
kau masih ingat itukan, Nak? saat kau bermain di bawah rintik air hujan dan meminta ibu untuk terus melihatmu sedang berlari-larian di halaman rumah kita.
Nak, kau tahu, ibu pun sangat bersedih, dan kecewa kehilangan masa kecilmu. Harusnya ibu selalu menemanimu..
tapi, entah mengapa ada orang jahat yang terus mencoba untuk memisahkan kita? kau tahu, Nak. ibu pun selalu melawannya dalam hati, dengan doa, dan air mata, ibu berdoa, semoga seribu malaikat dan tujuh bidadari Tuhan kirimkan untuk menjagamu, khusus untukmu anakku. ibu hanya menginginkan kau baik-baik saja. #puisiCatatanHatiku.
tapi dia mereka seolah tega membuat langitku menjadi runtuh.
Nak, maafin ibu, ibu hanya ingin bertanya, apakah kau bahagia, dengan idul fitri? apakah kau senang, Nak dengan baju barumu? lalu, makan apa kau di hari ini? jika kau terlalu senang maka jangan lupa untuk cuci tangan dan kemudian tidur siang.`ingat ya, Nak. Pesan ibu selalu begitu, agar kau tumbuh besar, sehat dan jadi anak yang pintar.
Tidak. aku tak mendapatkan itu. pertanyaanku tak ada yang mendengar. aku seperti berteriak dalam timbunan dan seolah tak satu pun orang mendengarnya. apalagi jawaban manja darimu itu, mengapa ibu tidak dapatkannya sama sekali di hari ini.
Hati ibu menangis, nasi yang kumasak setiap hari pun seolah ikut bersedih. mungkin ia pun tahu kesedihanku.
Nak, maafin ibu ya...
Bukan ibu sengaja, tapi mereka yang tak mau mengerti.
Kau tahu, Nak. gunung pun rasanya ingin ibu tundukkan jika ia yang jadi penghalang.
Ingin kupinjam halilitar dan kugepar-geparkan agar semua orang mendengar teriakan ibu.
Kau tahu, Nak. ibu merasakan langit-langit pun hilang saat ibu tak mendengar kabarmu. ibu pun akan runtuh tanpamu.
Nak, ingin sekali ibu menjadi hujan yang setiap kali kau bisa bermain dengan rinainya, kau suka itukan?
kau masih ingat itukan, Nak? saat kau bermain di bawah rintik air hujan dan meminta ibu untuk terus melihatmu sedang berlari-larian di halaman rumah kita.
Nak, kau tahu, ibu pun sangat bersedih, dan kecewa kehilangan masa kecilmu. Harusnya ibu selalu menemanimu..
tapi, entah mengapa ada orang jahat yang terus mencoba untuk memisahkan kita? kau tahu, Nak. ibu pun selalu melawannya dalam hati, dengan doa, dan air mata, ibu berdoa, semoga seribu malaikat dan tujuh bidadari Tuhan kirimkan untuk menjagamu, khusus untukmu anakku. ibu hanya menginginkan kau baik-baik saja. #puisiCatatanHatiku.
Selasa, 30 Juli 2013
Puisi kecilku
Anakku...
Ibu tak pernah lupa, betapa hangatnya masa-masa kau dalam pelukku dulu.
Napasmu begitu harum, pipimu begitu lembut, dan entah berapa juta kali sudah ibu mencium pipimu kala itu.
...kini ibu ingin mengulang kala itu, ibu rindu, rindu kala kita selalu bersama.
Masihkah kau ingat kala kita sedang di dapur bersama? Kita sedang memasak sayur kesukaan kita. kita punya selera memang sederhana, resep sederhana, dan kita mendapatkannya dengan cara sederhana pula. Ingatkan, di kebun belakang rumah kita? Di sana ada sebatang pohon pepaya yang tumbuh dengan buahnya yang lebat. Buah itu kesukaan ibu, kesukaanmu juga.
Ibu hampir tak bisa lupa kala melihat tingkahmu saat membantu ibu memasak sayur oseng pepaya, kau yang meng-oseng2 bumbunya kala ibu sedang menumis, ibu bilang jangan, nanti kena panas. Tapi kau tak pernah takut, malah laju ngambek jika ibu terus melarangmu.
Anakku, tak ada yang special di menu kita, tapi kebersamaan waktu itu cukup sudah melengkapi segala rasa. Ibu sering tersenyum sendirian kala mengingatnya, kita punya kesukaan yang sama, punya selera yang sama, dan punya sifat yang sama ; sama-sama ngeyelnya. =D
Anakku, ibu tahu. Betapa hancurnya hatimu ketika tak lagi kau temukan ibu di sisimu, ibu sudah dapat membayangkan seperti apa duniamu kala itu, menangis, meraung, dan kebingungan mencari ibu.
Anakku, Ibupun juga sedih meninggalkanmu. Kala itu kau masih kecil, yang kau tahu ibulah kekasih setiamu yang selalu memelukmu. Tapi ibu berubah menjadi orang yang jahat yang meninggalkanmu begitu saja. Maafin ibu ya, Nak. ibu memang jahat, jahat kerana telah meninggalkanmu. Tapi ibu janji. ibu akan membahagiakanmu kelak. Bilang pada ibu, Nak. Kamu rindukan dengan resep masakan ala sederhana kita? Ia itu tumis pepaya muda yang di masak pakai bumbu suka cita? Kita akan memasaknya lagih nanti. Dan kita akan memasaknya dengan resep yang lebih special lagih.
Anakku, kini empat tahun sudah kita berpisah, ibu selalu membayangkan seberapa besar dirimu dalam pelukku nanti? Ibu selalu membayangkan itu. Tak cukup rasanya hanya mengira2 berapa tinggi badan, berat badan walau pun ibu sudah tahu itu.
Hehehe.., ibu tersenyum sendirian, kala ibu ingat. Waktu itu kau mulai suka mandi sendiri, gosok gigi sendiri, dan cuci muka sendiri. Kau tahu apa yang kau lakukan? Kau menipu ibu. Saat menggosok gigi kau membelakangi ibu, dan kulihat kepalamu geleng-geleng disana, kukira kau sedang menggosok gigi , tapi setelah ibu periksa kok ngga ada bekasnya? Ah, ternyata kau Cuma geleng-geleng doang! Dan lagi, ketika kau mandi, kau tutup rapat pintu kamar mandi, dengan galak kau usir ibu yang sedang ingin memandikanmu. kau bilang, `Aku bisa mandi sembiri, Mak! Tapi setelah ibu intip ternyata yang dimandiin Cuma perutnya saja, dan begitupun saat cuci muka, yang di sabun Cuma pipinya saja.
Eit..! Tenang, Nak. Ibu tak marah kok dicurangin, bagi ibu anak ibu tetep yang nomor satu, karena umur 3 tahun sudah bisa mandi sembiri =D.
Kau tahu, Nak. Di luaran sana, masih banyak anak-anak yang tak tahu cara mandi, cuci muka atau gosok gigi. Kebanyakan mereka adalah anak yang manja, sebagian pula mereka memang tak mendapatkan itu. Nak, kita termasuk orang yang paling beruntung di dunia ini.
Nak, kau tahu? Ibu punya segudang cerita yang akan ibu ceritakan padamu. Agar kau tahu, bahwa hidup di dunia ini kita tidak bisa berhenti untuk terus belajar. Karena kehidupan dan keadaan selalu saja ber-ubah. Anakku, kau harus tahu itu.
Waktu..
Bahkan berubah kejam
Waktu adalah nafas panjang
dan Waktu adalah kesempatan
Yang tak kenal apa itu arti persahabatan
Waktu mungkin kini telah merubah
Kau dan Aku..
lissa.com.
Senin, 04 Februari 2013
Romansa Ramadhan
ROMANSA RAMADHAN
Ketika
dunia hanya kembali kepada kiblat dan rapatnya shaf-shaf. Larut dalam
samudera al-fatihah dan zikir yang mengapi. Aku menunggumu di tepian
yang berdenging. O, kedatangan yang agung
Rinduku
menderu di padang-padang sembahyang. Memadahkan kabar dari jauh. Pintu
ke pintu, mengakbarkan doa-doa. Manusiaku makin sunyi. Sunyi yang
berdiri
O, Ramadhan. Adalah kau penimba airmata, penumbuk luka-luka
Selalu, percintaan kita seperti terhampar di seserpih waktu, sedang aku hanya berdiri di sejengkal pijakan
Basmallah
berdarah. Melaut sujud-sujud panjangku, mengakrabkan rindu pada
kembang-kembang firdausi. Kau kembali ke dalam aku, menjadi ruh yang
memutakhir
Kau aku, tunggal. Kau aku, sebuah nafas
O, Ramadhan. Betapa romansamu begitu agung
02-03 Juli 2011
Lauh Sutan Kusnandar
Ketika Menjiarahi Kota
Ketika Menziarahi Kota
Saat kita tak
mampu lagi mengecup bibir sunyi, jalanan makin menggerakkan keangkuhan. Tangan
dan kaki kita telah hilang daya. Di akhir setiap perjalanan, kita hanya bisa
menampung kabar dari jauh. Betapa manusia kita tinggal padang-padang terbuka
Ketika orang-orang
menyatukan gelisah di atas kecemasan bersama, kita temukan doa-doa mengapung di
dalam akuarium
Nyanyian-nyanyian
sederhana berlepasan dari badan, dikoyak geraham waktu. Arah di dalam diri jadi
sungsang dihujani serbuk rindu
Sepertinya kita
telah kehilangan tarian masa lalu. Terlebih kini, usia kita makin letih diguyur
reruntuhan tahun-tahun. Dan seperti ada yang hilang tak tertahan dari
genggaman, genggaman kita yang makin mengkhawatirkan di atas bentangan
peradaban
14-15 April 2012
Lauh Sultan Kusnandar
Jumat, 25 Januari 2013
Lagu Rindu
Lembutnya angin membelai wajah
Kurasakan nikmat sejuknya udara sore ini
Di pucuk-pucuk gedung yang menjulang
Nyanyian burung gereja mengeja cinta
Kabut-kabut, hinggap di rimbunan pohon
Menjamah pucuk-pucuk cemara, membelai halus setiap rambut pinang yang bergoyang. Pinus, kelapa sunda, hutan sumatra, dan harumnya sakura. Disanalah rinduku.
Kurasakan nikmat sejuknya udara sore ini
Di pucuk-pucuk gedung yang menjulang
Nyanyian burung gereja mengeja cinta
Kabut-kabut, hinggap di rimbunan pohon
Menjamah pucuk-pucuk cemara, membelai halus setiap rambut pinang yang bergoyang. Pinus, kelapa sunda, hutan sumatra, dan harumnya sakura. Disanalah rinduku.
Allhamdullilah...,Rabb. Masih Kau izinkan aku bernafas di dunia-Mu yang luas.
Langganan:
Postingan (Atom)